Ketika siang menjadi malam dan malam
menjadi siang menjadi hal yang tidak asing dalam pergaulan yang ku alami,
mementingkan duniawi bukan satu pilihan di bandingkan mementingkan akhirat bagi
ku. Hanya saja, dunia ini seperti bodoh untukku. Ilmu yang ku dapat dari mulai
aku menjadi seorang yang terdidik tidak selalu terpakai karena factor
kebodohan. Uang ! tidak mudah untuk aku dapatkan. Mungkin jika aku
menginginkannya, malam menjadi sahabat bagiku untuk mendapatkannya. Entahlah
apa yang selalu aku pikirkan selama ini, hanya saja kesakitan ini bahkan kisah
setiap harinya tidak bisa di bagikan. Detik adalah yang selalu menemaniku untuk
mengakhiri semua ini, mungkin tinggal menunggu waktunya saja. Sebenarnya bisa
ku hentikan semua ini tetapi masih ada sisi positif dan alasan yang kuat
mengapa aku bertahan. Kurelakan diri memberikan semua yang ku miliki sekaligus
harta berhargaku untuk kejahatan dunia, bodoh ! padahal yang kuterima murah
sekali dari harganya. Tidak pernah sedikitpun aku menghitung setiap kerugian
dari harga itu, mungkin jika aku jumlahkan kerugian itu tidak cukup dengan
berlian yang ada di dunia ini. Karena bagiku itu salah satu asset dari suatu
zat maha kaya yang memberikannya dengan Cuma-Cuma bahkan sebaik-baiknya padaku.
RUGI! Tapi faktanya selalu aku buat rugi
itu semakin banyak. Kau tau MUTIARA? Indah nya mutiara seperti manusia tuhan
yang sholehah, sinarnya tidak bisa terkalahkan oleh waktu. Jika waktu
mengalahkannya tetap masih menjadi pemenang dibelakangnya. Tapi tahukah juga
lumpur? Kotor dan tidak jernih sekali kehidupannya. Sekalipun di bersihkan
tetap masih ada noda dan bakteri di dalamnya. Bagaimana jika mutiara itu jatuh
ke lumpur? Bisakah dibersihkan menjadi seperti semula? Bagaimanapun mutiara itu
menjadi semula tapi noda, bakteri dan history dari lumpur masih melekat dalam
mutiara. Nah itulah aku! Bagaimanapun cara aku membersihkan noda, bakteri dan
history yang melekat pada diriku tetap saja aku mutiara yang jatuh kelumpur.
Jika ada seseorang yang menginginkanku
untuk menjatuhkan ku kelumpur yang sama, selalu ku sambut hangat dengan senyum
mesra yang menghiasi wajah mutiaraku. Bukan berarti aku tidak mau bangkit tapi
cara yang mana lagi biar membuat aku tidak berhistory jatuh kelumpur?
Menghapusnya begitu saja tidak mungkin sekali. Dunia melihatnya “sebuah mutiara
sempat jatuh ke lumpur” hanya saja kata bertahan yang selalu aku pakai jika
menyambutnya.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan
bukan, tapi bagiku manusia diciptakan untuk berkelompok. Hitunglah berapa
pasang yang sempat denganku? Bukan pasangan bagiku tapi mereka adalah kelompok
bagiku. Seandainya dihidupku ada sebuah berlian pun yang mereka perdulikan
adalah mutiaranya, itu yang membuat mereka puas! Berlian seakan-akan hal kedua
bahkan terakhir di pikirannya. Jika pun ada yang memikirkan berlian itu adalah
hal yang paling penting dan pertama, aku tidak akan menerimanya karena tidak
pernah pantas dimataku untuk bisa mendapatkan sebuah mutiara yang jatuh ke
lumpur. Haruslah dia mendapatkan mutiara yang bernilai tinggi, dibandingkan aku
yang bisa terhitung jumlahnya nilai tersebut.
Menjadi sebuah mutiara itu sebuah pilihan
dan tugas untuk tidak menggoreskan nilai gunanya. Lindungilah dengan baja jika
itu memang harus untuk bisa menutupi semua permukaannya, agar pelanggan yang
membeli mutiara itu tidak kecewa dengan kondisi dan history dari mutiara
tersebut. Hal yang berharga memiliki mutiara yang tidak pernah tersentuh
tangan.
Pelacur @rydakiko
Pelacur @rydakiko
0 komentar :
Posting Komentar