“alhamdulillah
acara demi acara telah kita lewati, bila ada kekurangan mohon dimaafkan.
Kesempurnaan hanya milik Allah swt. Assalamualaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh” ucapan closing MC, tapi sorotan mata ini masih belum beralih dari
pandanganku. Dari sini aku menyadari awal pertemuan ini, ini bukan akhir tapi
ini awal aku merasakan bahwa aku harus mengenalinya lebih dalam. Cinta..
Pasom
jatuh cinta? Adakah yang ingin mentertawakan ku saat ini? Silahkan, gratis!
Karena ini lah hatiku, berkata untuk “ini cinta coy, sekarang kau bukan pasom
yang tidur untuk bermimpi lagi. Saatnya untuk mengejar mimpi itu”. Dengan
petunjuk pertama yaitu mio biru yang dia bawa untuk mengendarai hidupnya. Ahhh
bodoh! Hanya karena emansipasi!! aku melupakan untuk menanyakan siapa namanya.
“Richa, aku pulang duluan ya?” ujar nisa dengan wajah yang berbinar “ya ukhti
nisa” jawabku dengan kata ukhti yang aku dapat dari teman-teman pengajian.
Sungguh ini perubahan yang drastis dan menakjubkan. Tapi aku heran mengapa
wajah nisa seperti bahagia sekali seperti seorang bangau yang hidupnya di danau
tapi hari itu dia hidup di awan karena bisa terbang, bukankah itu aneh? Bangau
tidak bisa terbangkan?? Tapi mungkin bangau bisa bernyanyi saat dia sedang
jatuh cinta. Ya setidaknya bangau punya lagu kebangsaan “bangauku ada lima
rupa-rupa warnanya ZZZZZZZZZZZZZZZ(suara kaset kusut)” apakah nisa juga sedang
jatuh cinta saat ini?
“assalamualaikum
aku pulang” kata baru untuk memberitahukan orang rumah bahwa aku baru pulang
berkelana. Sebetulnya aku selalu malas saat pulang ! melihat keadaan rumah yang
berantakan dan melihat mamah dalam wajah kusam kecapean. Oh tuhan, kapan ini
semua berakhir. Aku ditakdirkan hidup di keluarga yang sederhana, mamahku
seorang guru dan ayahku seorang supir produksi di perusahan mekanik. Mamah
sudah lama pensiun karena punya hutang ke tabungan sekolah akhirnya memutuskan
untuk berhenti dan menghabiskan uang pensiunannya untuk membayar hutang dan
makan sepuasnya denganku. Alhasil kami hanya mengandalkan ayah untuk makan
sehari-hari, terkadang mamah selalu meminjam ke teman-temannya untuk keperluan
rumah. Tapi dia sungguh berani dan kuat, mamahku membesarkan anak-anaknya
hingga tamat SMA.sedangkan, ayah orangnya cuek! Enggak pernah mengerti maksud
dan keinginan seorang anak. Bahkan aku lupa kapan terkahir ayah memberiku
ucapan.
“Cha
setrika bajumu” teriak mamah dari dapur dengan keras sekali. Padahal dari dapur
ke kamarku bersebelahan. “iya mah bentar” jawabku saat itu. Tapi tak pernah aku
setrika bajuku hingga akhirnya mamah yang mensetrikakan untukku. Aku orangnya
pemalas, kegiatanku hanya sekolah, makan, tidur. Makanya mamah senang sekali
aku berteman dengan Nisa. Setidaknya mamah tidak usah mengawasiku dalam urusan
ibadah.
Pagi
hari nya aku kesiangan lagi “mamah kenapa tidak bangunkan aku” teriakan yang
tidak pernah asing di telinga mamah. Mungkin mamah harus siapkan telinga
disumpel dengan cerobong asap biar sedikit luas untuk tidak mendengar suaraku.
To be Continued
@rydakiko
0 komentar :
Posting Komentar